KELAS : 2PA13
NPM : 11513080
1. PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
MENGUBAH SIKAP TERHADAP PEKERJAAN
Pekerjaan dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi “baik”,, baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya an keluarganya, dan mereka menghindari aktifitas mereka yang menjadikan mereka “buruk”. Dan disini atasan pun berperan penting dalam mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manajer dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat, misalnya diberi bonus jika bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Diberikan reward dan punishment kepada karyawan tersebut, sehingga memunculkan sikap take and give.
PROSES DALAM MEMILIH PEKERJAAN
Proses perkembangan dalam pemilihan pekerjaan bagi individu dijelaskan oleh Donald Super. Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
- Cristalization
- Spesification
- Implementation
- Stabilization
- Consolidation
MEMEILIH PEKERJAAN YANG COCOK
Dalam memilih pekerjaan yang cocok dibutuhkan tes psikotes agar calon pekerja tidak salah dalam mengambil pekerjaan. Tes psikotes disini juga akan menguntungkan kedua belah pihak, seleksi yang kurang tepat akan menyebabkan kerugian besar baik karyawan maupun perusahaan yang bersangkutan.
Dari sisi pegawai, jika kita terseleksi dalam pekerjaan yang kurang cocok dengan potensi psikologis yang kita miliki, akan timbul ketidaknyamanan dalam bekerja, kurang termotivasi, bahkan dapat enimbulkan stress kerja, yang pada akhirnya membuat kita keluar dari pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu kita membutuhkan psikotes untuk melihat sejauh mana potensi psikologis kita agar tidak salah memilih pekerjaan.
Sedangkan dari sisi perusahaan, menemukan orang yang tepat merupakan upaya yang sangat sulit yang selalu dihadapi. Dari sisi perusahaan, biaya seleksi dan pelatihan yang dibutuhkan akan sangat mahal, tidak efisien, menurunkan motivasi, serta masih ditambah biaya untuk seleksi dan pelatihan orang yang akan menggantikan karyawan tersebut. Oleh sebab itu dari proses seleksi perusahaan mengadakan tes psikotes untuk melihat potensi psikologis dan kepribadian sang calon karyawan tersebut.
Waktu Luang
Meluangkan waktu itu ternyata penting
dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby, atau ngeblog. Selain itu,
mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari
pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan
di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan. Siapa
yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, bisa
menjadi penghasilan terbesar. Dan bagaimana kita bisa punya waktu luang di
sela-sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik mungkin? Berikut ini tips dan
triknya:
·
Jangan
pernah terjebak dgn waktu. Bukan waktu yg mengatur kita, tapi kitalah yang
mengatur waktu.
·
Coba sesuatu
yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di smartphone
yang kita miliki
·
Tentukan
prioritas. Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana yang
kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang percuma.
·
Buat yang
super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu
untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.
·
Pastikan
dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau
produktif.
·
Jangan
melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu
dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
·
Jika tidak
berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan diri dari sosial media, hingga pekerjaan
tuntas diselesaikan.
2. SELF-DIRECTED CHANGES
2. SELF-DIRECTED CHANGES
A. Konsep dan Penerapan Self-directed changes
Mahasiswa
mengetahui dan termotivasi untuk melakukan perubahan pribadi dengan melalui
tahapan:
1.
Meningkatkan kontrol diri:
mendasarkan
diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu
dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan
oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga
adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
2.
Menetapkan tujuan:
dimaksudkan
untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti
dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin
dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan
hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di
masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3.
Pencatatan perilaku:
menguatkan
perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang
pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang
mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah
dilakukan.
4. Menyaring
anteseden perilaku:
bisa membagi
perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap
dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu
individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5. Menyusun
konsekuensi yang efektif:
pemahaman
dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam
melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang
dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi
aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6.
Menerapkan perencana intervensi:
membawa
perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman
nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual.
Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses
pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
7. Evaluasi:
faktor yang
penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting
untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil
pembelajaran.
Perilaku
Dan Manajemen Organisasi. Penerbit : Erlangga. Jakarta
Dariyo,
Agus. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.
Oktora,
P.S. Pintar Mencari Dan Mendapatkan Pekerjaan. Penerbit : Visimedia
Daftar
Pustaka Sudjana, D. (2000), Pendidikan Luar Sekolah, Sejarah, Azas, Bandung
Falah Production Dart, Barry. 1997. Adult Learners’ Metacognitive Behavior in
Higher Education. dalam Adult Learning: a Reader. Edited by Sutherland, Peter.
London: Kogan Page Anonimus, Adult literacies online,
http://www.aloscotland.com/alo/141.html , akses pada 14 Mei 2010 Inkeles, A.,
dkk (1982) Handbook in Research and Evaluation: For Education and Behavioral
Science. San Diego California. Edits.