Rabu, 06 Januari 2016

Empowerment, Stress dan Konflik

TUGAS KE 4 
 
Anisa Triananda
3PA13
11513080

 
A.    Definisi Empowerment

Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Banyak penafsiran tentang empowerment. Dan salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan.
Empowerment , yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri. Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu, kemampuan mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan mereka sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang mereka tentukan. (Page & Czuba, 1999:3).
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

-          Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
-          Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan dari manajemen.
Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai sasaran organisasi

·         Kunci efektif Empowerment dalam manajemen

Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.

B.     Definisi stress

Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
Secara lebih tegas Manuaba (1998) memberikan definisi sebagai berikut: Stress
adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal daru luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.
Selanjutnya Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, dimana stress merupakan suatu ketidak nyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan.
Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan). Dan secara konsep stress dapat didefinisikan menurut variabel kajian: Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas (independent variable) menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaannya tersebut.
Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung (dependent variabel) memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang dialami dapat berupa respon psikologis (prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-mulas, badan berkeringat dll)
Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress disini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama.

·                     Sumber-sumber stress pada manusia

-    Sumber-sumber stress didalam diri seseorang : Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu(sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.

-    Sumber-sumber stress di dalam keluarga : Stress di sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti : perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan keinginan tentang acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anak-anak yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain perasaan senang, tentu), dan setelah kelahiran. Rasa stress pada ayah sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga, sebagai kekhawatiran akan berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau kekhawatiran akan tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasanganya karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,1990).

-    Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan : interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya : pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya ‘occupational stress’ telah diteliti secra luas.
-    Pekerjaan dan stress : Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam jangka waktu yang lama.

·                     Pendekatan stress

1.    Pendekatan Individual

Menurut Patton (1998) bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stressor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain: Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll. Ciri kepribadian seperti introvert atau ekstrover, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri dll. Sosial – kognitif seperti dukungan sosial, hubungan social dengan lingkungan sekitarnya Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.
2.    Pendekatan Perusahaan

Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di tempat kerja, faktor yang menjadi penyebab stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark (1995) dan Wantoro (1999) mengelompokkan penyebab stress (stressor) di tempat kerja menjadi tiga kategori yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis.
Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.

Faktor hubungan kerja. Hubungan seperti adanya kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja Faktor pengembangan karier.

Faktor struktur organisasi dan suasana kerja. Penyebab stress yang berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya adalah, kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor, selain itu pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stress

Faktor di luar pekerjaan. Faktor kepribadian seseorang (ekstrover atau introvert) sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama lain. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja.

Selain faktor-faktor tersebut tentunya masih banyak faktor penyebab lainnya seperti:
Ancaman pemutusan hubungan kerja. Faktor ini sering kali menghantui para karyawan di perusahaan dengan berbagai alasan dan penyebab yang tidak pasti. Contoh kasus pengeboman hebat yg terjadi pada tgl 12 Oktober 2002 di Legian Kuta Bali, kasus ini memberi dampak negative dibidang ketenaga kerjaan, ribuan karyawan sector pariwisata terancam pemutusan hubungan kerja akibat menurunnya turis yang dating ke Bali. Kondisi demikian sudah barang tentu menimbulkan keresahan bagi karyawan dan berakibat kepada timbulnya stress.  Perubahan politik nasional Krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak perusahaan melakukan efisiensi dalam bentuk perampingan organisasi. Akibatnya ribuan karyawan terancam berhenti kerja atau pensiun muda dan pencari kerja kehilangan lowongan pekerjaan. Stress dan depresi menjadi bahasa popular pada kalangan masyarakat pekerja maupun pencari kerja.

C.    Definisi konflik

Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

·         Jenis-jenis konflik

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi, antara lain :

1)    Konflik Intrapersonal

Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.

2)    Konflik Interpersonal

Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.

3)   Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.

4)   Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.

5)   Konflik antara organisasi

Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

·                     Proses Konflik

1.      Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Tahap pertama dalam proses terjadinya konflik adalah munculnya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi tersebut tidak harus mengarah langsung pada konflik, tetapi salah satunya diperlukan jika konflik akan muncul.
2.      Kognisi dan Personalisas
Sebagaimana yang telah disinggung dalam definisi mengenai konflik, disyaratkan adanya persepsi. Karena itu, salah satu pihak (atau lebih) harus menyadari adanya kondisi-kondisi pendahulu. Namun karena suatu konflik yang dipersepsi, tidak berarti bahwa konflik itu dipersonalisasi. Konflik yang dipersepsi merupakan kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik. Pada tahap ini mungkin tidak berpengaruh apapun pada perasaan satu dan yang lainnya. Baru pada tingkat perasaan, yaitu ketika orang mulai terlibat secara emosional, para pihak tersebut merasakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau rasa bermusuhan.
3.      Mengintervensi antara persepsi serta emosi orang dan perilaku mereka.
Maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Seseorang harus menyimpulkan maksud orang lain untuk mengetahui bagaimana sebaiknya menanggapi perilakunya itu. Banyak konflik bertambah parah semata-mata karena salah satu pihak salah dalam memahami maksud pihak lain. Selain itu, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.
4.      Perilaku Tahapan selanjutnya dalam proses terjadinya konflik adalah perilaku yang meliputi pernyataan, aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya kasat mata untuk mengoperasikan maksud dari masing-masing pihak. Tetapi perilaku ini memiliki kualitas stimulus yang berbeda dari maksud.
Jika konflik bersifat disfungsional, maka perlu dilakukan berbagai teknik penting untuk meredakannya. Para manajer mengendalikan tingkat konflik dengan manajemen konflik (conflict management), yaitu pemanfaatan teknik-teknik resolusi dan dorongan (stimulasi) untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan.
5.      Akibat Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Akibat atau konsekuensi itu bisa bersifat fungsional, dalam arti konflik tersebut menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bisa bersifat disfungsional karena justru menghambat kinerja kelompok.

kesimpulan :
jadi, menurut saya empowerment , yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri. tress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan).sedangkan menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Sumber
Ivancevich, John M., Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen     Organisasi Edisi 7 (2). Jakarta: Erlangga
Kreitner, Robert, Angelo kinicki. Tanpa Tahun. Perilaku Organisasi . Terjemahan Erly Suandy.     2005. Jakarta: Salemba Empat
Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx Media
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tugas 3 Psikologi Manajemen - POAC

POAC

Anisa Triananda
3PA13
11513080

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) adalah struktur perusahaan yang dibuat guna mencapai tujuan perusahaan.
1. Perencanaan (Planning) adalah “keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan” (Siagian, 1997:108)
2. Organisasi (Organizing)
Organisasi adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).
3. Penggerakkan (Actuating)
Fungsi manajemen yang berhubungan dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) agar bekerja dengan penuh kesadaran tanpa paksaan. Delegasi :organisasi biasanya mulai mengembangkan struktur yang didesentralisasi, hal ini dapat mempertinggi motivasi pada level bawah, namun muncul krisis bahwa pemimpin terus merasa kehilangan kontrol atas bidang oprasi yang sangat terspesialisasi. Kolaborasi : menekankan spontanitas tindakan manajemen yang lebih besar melalui tim dan penyelesaian perbedaan-perbedaan antar pribadi secara tepat. Kontrol sosial dan pendisiplinan pribadi menggantikan kontrol formal.
4. Pengawasan (Controlling)
Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendefinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.

PT Unilever Indonesia Tbk salah satu perusahaan yang menjalankan POAC Unilever (IDX: UNVR; Euronext: UNA; NYSE: UN; LSE: ULVR) adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930. Perusahaan ini mempekerjakan 206.000 pekerja. Di Indonesia, Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tanggal.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.dan mempunyai lebih dari 1000 supplier.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan PT Unilever dalam menjalankan POAC?
2. Mengapa tujuan tersebut harus dijalankan?
3. Dimana POAC tersebut dijalankan?
4. Siapa yang menjalankan POAC ?
5. Kapan POAC tersebut dijalankan?
6. Bagaimana POAC didalam perusahaan tersebut berjalan?

C. Tujuan dan Prinsip
Standar tertinggi dari perilaku korporat terhadap setiap orang yang bekerja dengan kami, komunitas yang kami sentuh dan lingkungan yang terdampak dari pekerjaan kami.
1. Selalu bekerja dengan integritas
Beroperasi dengan integritas dan rasa hormat pada orang-orang, sentuhan bisnis kami pada organisasi dan lingkungan selalu menjadi pusat dari tanggung jawab corporate kami.
2. Dampak Positif
Kami bertujuan memberikan dampak positif dengan berbagai cara: melalui brand kami, melalui kegiatan komersial dan hubungan kami, melalui kontribusi sukarela, serta berbagai cara lain dimana kami berhubungan dengan masyarakat.
3. Komitmen yang berlanjut
Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan cara dalam menangani dampak lingkungan dan bekerja dengan tujuan jangka panjang kami dalam mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.
4. Menjalankan aspirasi kami
Tujuan corporate kami telah memberikan aspirasi bagi kami untuk mengelola bisnis. Hal ini diperkuat peraturan kami dalam prinsip-prinsip bisnis yang menjelaskan standar operasional yang diikuti semua karyawan Unilever, dimanapun mereka berada diseluruh dunia. Aturan ini juga mendukung pendekatan kami pada pemerintah serta tanggung jawab corporate.
5. Bekerja dengan yang lain
Kami ingin bekerja dengan para penyedia sumber daya yang memiliki nilai dan standar yang sama dengan kami dalam bekerja. Peraturan tentang rekanan bisnis, sejalan dengan peraturan prinsip bisnis kami, terdiri dari sepuluh prinsip yang meliputi integritas bisnis dan tanggung jawab yang berhubungan dengan karyawan, konsumen dan lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab ini kami akan membahas salah satu perusahaan yang menjalankan POAC yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk. yang didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.dan mempunyai lebih dari 1000 supplier.
Unilever (IDX: UNVR; Euronext: UNA; NYSE: UN; LSE: ULVR) adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930. Perusahaan ini mempekerjakan 206.000 pekerja. Di Indonesia, Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tanggal.

VISI
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.

MISI
1. Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
2. Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
3. Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
4. Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Untuk bagian-bagian POAC yang dijlalankan guna menjalankan dan mencapai tujuan perusahaan adalah apa saja tujuan perusahaan menjalankan POAC, mengapa tujuan tersebut harus dijalankan, dimana POAC tersebut dijalankan, siapa yang menjalankan POAC, kapan POAC dijalankan, dan bagaimana POAC didalam perusahaan tersebut berjalan. Yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Apa tujuan PT. Unilever dalam menjalankan POAC ?
Untuk mengembangkan dan mempertahankan sistem, mekanisme dan praktik yang efektif untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik diterapkan dalam setiap aspek bisnis.
2. Mengapa tujuan tersebut harus dijalankan ?
Agar Visi dan Misi yang telah dibuat tercapai dan mengurangi resiko operasional (Kurangnya bahan mentah), resiko pasar ( Adanya tren pasar yang selalu berubah).
3. Dimana POAC tersebut dijalankan ?
Di lokasi perusahaan yang berada di Jln. Jababeka IX Kavling D 1-29, Cikarang Industrial Estate, Cikarang, Jawa Barat.
4. Siapa yang menjalankan POAC ?
Perusahaan ini diketuai oleh Presiden Direktur, lalu dibawahnya ada audit internal, sekretaris perusahaan, direktur home and personal care, direktur supply chain, direktur customer development, direktur human resource and corporate.
5. Kapan POAC tersebut dijalankan ?
31 Maret 2015/ 31 Desember 2014 dan 1 Januari 2014/ 31 Maret 2015
6. Bagaimana POAC didalam perusahaan tersebut berjalan?
a. Sasaran Jangka Panjang
Pembuatan sasaran jangka panjang ini mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran Jangka Panjang Unilever adalah memiliki standar perilaku yang tinggi pada perusahaan dalam bekerja sama dengan semua orang, masyarakat dapat tersentuh dan produk yang diciptakan dapat berdampak di lingkungan sekitar


b. Strategi Fungsional
Sasaran jangka pendek mengacu pada strategi fungsional yang sifatnya operasional. Strategi fungsional yang sifatnya lebih operasional ini mengarah kepada berbagai bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanya saja, melainkan juga dengan strategi dibidang fungsional lainnya. Didalam dunia binis, perusahaan harus mempunyai bidang-bidang fungsional yang utama agar dapat bersaing dengan pesaing bisnisnya, antara lain :
1) Strategi Manajemen Keuangan
Strategi ini harus mampu menentukan arah penggunaan dana baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi ini umumnya berkisar pada tiga hal, yaitu bagaimana perusahaan memperoleh modal, alokasi kapital, dan manajemen modal kerja termasuk dalam hal pembagian keuntungan.
Unilever saat ini memang fokus melakukan pertumbuhan organik seperti peningkatan omset penjualan, laba perusahaan dan menekan struktur biaya. Namun tidak menutup kemungkinan melakukan pertumbuhan anorganik. Sepanjang kiprahnya di Indonesia, Unilever telah empat kali mengakuisisi merek. Akuisisi teh celup Sari Wangi dilakukan tahun 1990, Yoohan (dengan berbagai merek seperti Molto, Trisol, Whipol) tahun 1998, kecap Bango tahun 2000 dan Taro tahun 2003. Dalam melakukan akuisisi, Unilever selalu menggunakan dana keuangan internal, tidak perlu injeksi dana kantor pusat. Ia menekankan, akuisisi hanya akan dilakukan jika bisa mendukung bisnis utama Unilever yang telah ada. Unilever tidak akan keluar dari bisnis utamanya, memproduksi dan memasarkan barang-barang konsumer. Strategi manajemen keuangan Unilever dilakukan melalui pendirian kantor pemasaran Unilever Indonesia ke berbagai negara seperti Singapura, Jepang dan Australia. Sabun Lux buatan Rungkut, ice cream Wall’s dan teh Sari Wangi buatan made in Cikarang bisa ditemukan di ketiga negara ini. Total ekspor produk Unilever Indonesia mencapai 6% dari omset penjualan.
2) Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
Kegiatan manajemen sumber daya manusia berkisar pada pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia. Agar ketiga pokok kegiatan tersebut berjalan lancar perlu disiapkan sistem yang handal. Tahap pengadaan mencakup perencanaan SDM, rekrutmen, seleksi dan orientasi. Tahap penggunaan perlu memperhatikan kesesuaian antara kemampuan SDM dan apa yang menjadi tugas serta tanggung jawabnya. Juga perlu diperhatikan hal-hal mengenai kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan, supervisi, penilaian kinerja, imbalan serta jaminan perlindungan dan kesehatan kerja. Terakhir, pada tahapan pemeliharaan sumber daya manusia tujuannya adalah bagaimana agar karyawan merasa puas bekerja.
Salah satu kekuatan Unilever ada pada kualitas sumber daya manusia. Unilever secara rutin merekrut lulusan baru dari universitas terkemuka. Setelah itu diberikan pelatihan sistem produksi, pemasaran dan keuangan selama tiga bulan. Mereka tidak langsung kerja tetapi ditraining terlebih dahulu di berbagai bidang seperti manufaktur, pemasaran, penelitian dan pengembangan. Saat ini tenaga kerja yang diserap oleh Unilever secara langsung berjumlah 3.000 orang ini belum termasuk tenaga kerja tidak langsung. Total tenaga kerja yang terserap berjumlah 25.000 orang. Jika diansumsikan satu orang memiliki empat anggota keluarga maka perusahaan menanggung nasib sekitar 100.000 orang.

KASUS DAN ANALISIS

Saat ini AQUA yang merupakan salah satu merek yang di keluarkan oleh PT Unilever Tbk memiliki 14 pabrik yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Kesemuanya ini dari tahun ke tahun menghasilkan keuntungan yang melimpah bagi perusahaan ini. Pada tahun 2004 perusahaan ini berhasil mengantungi keuntungan bersih sampai Rp 41 miliar dan tahun 2005 meskipun menurun keuntungannya tapi masih besar jumlahnya yaitu Rp 34,5 miliar. Harga sahamnya naik terus, puluhan kali lipat dari saat pertama diluncurkan.
Sayangnya kondisi perusahaan yang cenderung membaik ini tidak dibarengi oleh peningkatan kualitas lingkungan dan penduduk di sekitar sumber air tempat perusahaan ini mengambil air untuk proses produksinya. Di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat penduduk yang tinggal di sekitar sumber air Aqua mengeluh kesulitan mendapat air bersih. Saat kemarau sebagian sumur milik penduduk mengalami kekeringan. Dahulu menurut warga setempat, memiliki sumur dengan kedalaman 5-7 meter sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi sejak tahun 2000, sumur harus digali lebih dalam lagi paling tidak hingga 17 meter.
Penduduk di Polanharjo, Kabupaten Klaten juga mengalami hal yang sama, sejak Aqua beroperasi di wilayah tersebut tahun 2002, penduduk banyak yang merasakan kekurangan air. Semula, air selalu cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi, akan tetapi sekarang, untuk memenuhi kebutuhan irigasi, petani harus menyewa pompa dan untuk kebutuhan sehari-hari banyak penduduk yang harus membeli air dari tangki air dengan harga yang mahal. Hal ini sangat ironis mengingat Kabupaten Klaten adalah wilayah kaya akan sumber daya air, di satu kabupaten ini saja terdapat 150-an mata air.

Perubahan yang paling dirasakan warga akibat eksploitasi sumber air oleh AQUA adalah menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air yang ada di desa terhadap penghidupan warga desa itu sendiri. Penurunan daya dukung air ini tampak dari munculnya masalah-masalah krusial (penting dan mendesak) terkait pemanfaatan sumber daya air di tingkat komunitas.
Kampung Pojok berbatasan langsung dengan kampung Kubang Jaya. Berdasarkan wawancara dengan salah satu warga setempat didapat informasi bahwa warga di kampung ini juga mengalami kekurangan air bersih. Kekurangan ini menurut mereka disebabkan karena adanya eksploitasi mata air Kubang oleh pihak AQUA. Pengaruh negatif yang dialami warga yaitu berkurangnya ketersediaan air yang ada di dalam sumur. Selain itu, debit air yang melewati saluran/selokan air di kampung juga, jumlahnya sudah sangat jauh berkurang. Hal ini dilihat sendiri oleh penulis pada saat observasi melewati kampong ini. Air yang mengalir lewat selokan-selokan warga jumlahnya sudah sangat kecil. Akibatnya, debit air yang mengalir ke pancuran air untuk umum juga mengecil, serta kolam-kolam ikan milik warga juga mengalami kekurangan air.

ANALISIS

1. Aspek Lingkungan
Dari aspek lingkungan, perubahan yang paling dirasakan warga akibat eksploitasi sumber air oleh AQUA adalah menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air yang ada di desa terhadap penghidupan warga desa itu sendiri. Penurunan daya dukung air ini tampak dari munculnya masalah-masalah krusial (penting dan mendesak) terkait pemanfaatan sumber daya air di tingkat komunitas. Terdapat dua masalah utama yang dialami warga sebagaimana diuraikan di bawah ini:
a. Kurangnya ketersediaan air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari
Air untuk konsumsi rumah tangga termasuk: air untuk minum, memasak, mencuci, mandi, wudhu dan lain-lain. Adanya masalah ini terlihat dari berkurangnya secara drastis jumlah air yang ada di dalam sumur, di pancuran dan air permukaan hampir semua kampung mengalami masalah kekurangan air rumah tangga.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa munculnya persoalan tersebut terkait erat dengan adanya pengambilan air secara besar-besaran oleh perusahaan AMDK AQUA terhadap sumber/mata air di kampung tersebut. Sebelum beroperasinya AQUA, ketersediaan air oleh warga dinilai cukup melimpah. Sumur dulunya selalu penuh terisi air, walaupun musim kemarau telah berjalan 5 bulan. Air yang berasal dari rembesan/resapan air di tebing-tebing cukup banyak jumlahnya sehingga bias ditampung dan dimanfaatkan oleh warga. Bahkan, setiap cekungan (legok) dahulunya selalu penuh terisi air. Sekarang, setelah pengambilan sumber air oleh AQUA berjalan sekitar 14 tahun, situasi ketersediaan air untuk rumah tangga dinilai semakin memburuk. Air sumur sudah kering pada awal musim kemarau. Debit air pancuran (mata air/air rembesan di bawah tanah) semakin mengecil dari tahun ke tahun. Cekungan-cekungan yang biasanya mengandung banyak air, sekarang menjadi kering.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah warga, didapat kecenderungan opini yang menyatakan bahwa pengambilan air oleh AQUA telah berdampak negatif terhadap pemenuhan kebutuhan air rumah tangga mereka. Bentuk dampak negatif yang umum terjadi/paling dirasakan warga adalah turunnya muka air sumur. Sumur gali warga umumnya sudah ada jauh sebelum adanya eksploitasi air oleh AQUA. Dengan demikian, secara kuantitas warga yang terkena dampak negatif akibat eksploitasi AQUA tersebut, jumlahnya relatif besar.
Turunnya muka air sumur ini tampak dari maraknya pendalaman sumur yang dilakukan warga beberapa tahun terakhir ini. Besarnya pertambahan kedalaman penggalian sumur relatif bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh lokasi di mana sumur itu digali. Berdasarkan temuan di lapang, didapat selang nilai pertambahan kedalaman sumur yang cukup signifikan yaitu sekitar 5-8 meter. Hal ini bisa diartikan bahwa akibat eksploitasi air oleh AQUA, ada penurunan tinggi muka air tanah pada sumur gali warga sebesar 5-8 m.
Selain turunnya muka air sumur, dampak negatif lain akibat eksploitasi sumber air oleh AQUA adalah berkurangnya debit air yang mengalir di tempat-tempat pengambilan air milik umum seperti mata air/pancuran serta berkurangnya air permukaan yang mengalir lewat saluran/selokan air, sungai, danau (setu) dan lain-lain. Berdasarkan analisis warga, berbagai dampak negatif ini bias mereka alami karena air bawah tanah yang disedot oleh AQUA jumlahnya sangat besar. Sehingga, pengaruhnya terasa hingga radius (jarak) yang sangat jauh, yakni hingga ke kampung-kampung di bagian atas desa (daerah tangkapan air) yang letaknya jauh dari sumber air. Hal ini cukup logis apabila dikaitkan dengan sifat air yang selalu menuju tempat yang lebih rendah. Demikian pula berlaku pada air tanah dan air permukaan pada bukit-bukit sekeliling lembah. Air tersebut akan mengalir turun menuju daerah lembah. Daerah mata air yang dieksploitasi AQUA merupakan daerah lembah yang letaknya di bagian paling bawah dari desa. Sehingga ketika air bawah tanah yang terdapat di sebelah bawah disedot secara besar-besaran, otomatis air di sebelah atas akan ikut tersedot.
b. Kurangnya ketersediaan air untuk pertanian (sawah).
Masalah ini dialami oleh petani dari hampir semua kampung yang termasuk lingkungan desa. Pada musim hujan seperti sekarang ini, sawah masih kekurangan air. Apalagi pada musim kemarau, sawah petani berubah menjadi sawah tadah hujan karena air di selokan sangat kecil bahkan kebanyakan sawah mengalami kekeringan. Akibatnya menurut petani pertumbuhan tanaman padi mereka menjadi terganggu. Fenomena lain yang terjadi akibat masalah ini adalah petani berlomba-lomba saling mendahului dalam memulai masa tanam padi supaya kebutuhan air sawah bisa tercukupi.
Pendapat komunitas warga mengenai dampak eksploitasi air oleh AQUA terhadap ketersediaan air untuk pertanian (utamanya sawah), masih beragam. Sebagian warga mengatakan bahwa dampak eksploitasi AQUA terhadap ketersediaan air untuk pertanian (sawah) relatif tidak besar. Kebanyakan dari warga yang diwawancarai berpendapat bahwa kekurangan air untuk irigasi sawah mereka, tidak secara langsung disebabkan oleh adanya eksploitasi air oleh AQUA. Pendapat ini didasari oleh kenyataan, bahwa sumber air untuk mengairi sawah-sawah petani di desa tidak berasal dari mata air yang dieksploitasi oleh AQUA. Selain itu, posisi mata air yang terletak di bagian bawah desa, secara teknis menyulitkan untuk dimanfaatkan untuk keperluan air irigasi sawah. Walau demikian, karena air dari mata air ini terbuang juga ke sungai, pengaruh eksploitasi air oleh AQUA ini diduga masih berpengaruh ke area pertanian yang ada di desa-desa lain.

BAB III
KESIMPULAN

Eksploitasi sumber air yang dilakukan perusahaan AMDK AQUA di lokasi studi (Desa Babakan Pari) telah membawa dampak yang merugikan warga setempat yakni makin terbatasnya akses warga atas sumber daya air. Selain karena penguasaan/pemilikan kawasan sumber air oleh pihak AQUA (dan perusahaan AMDK lainnya), hal ini terutama disebabkan karena volume air bawah tanah yang dieksploitasi AQUA jumlahnya sangat besar. Sehinga terjadi pengurangan ketersediaan air yang sangat parah/drastis pada sumber-sumber air yang biasa dimanfaatkan warga setempat (sumur gali, mata air, pancuran air).
Walau dampak negatif eksploitasi air oleh AQUA telah disadari dan dirasakan oleh warga Babakan Pari, akan tetapi secara umum warga setempat masih bersikap toleran terhadap keberadaan AQUA. Memang, banyak suara-suara warga yang bernada mengkritik terhadap keberadaan AQUA. Akan tetapi belum ada gerakan secara kolektif dan meluas dari komunitas warga untuk menolak/menggugat keberadaan AQUA. Konflik yang terjadi antara warga dan AQUA lebih bersifat kasuistis/lokal (tingkat RT/kampung). Konflik umumnya dipicu oleh ketidakpuasan sekelompok warga karena tuntutan/permintaannya tidak dipenuhi oleh pihak AQUA. Untuk mengatasinya, strategi AQUA adalah memenuhi tuntutan warga. Selain itu, AQUA secara rutin juga memberikan berbagai bantuan/sumbangan kepada komunitas warga dan berbagai lembaga/organisasi yang ada di desa. Strategi tersebut tampaknya cukup efektif untuk meredam ekskalasi konflik antara komunitas warga dan AQUA.
Kontribusi dari pihak pemerintah desa, kecamatan hingga kabupaten untuk mengatasi dampak dan persoalan yang di hadapi komunitas warga di lokasi studi akibat eksploitasi perusahaan AMDK AQUA, dinilai warga belum memadai. Pihak pemerintah (desa kecamatan-kabupaten) secara umum mendukung secara penuh keberadaan AQUA. Hal ini tampak dari berbagai aturan/kebijakan pemerintah yang lebih memberikan kemudahan dan keuntungan bagi AQUA ketimbang membela kepentingan masyarakat yang dirugikan oleh eksploitasi air yang dilakukan AQUA. Di tingkat lapangan, pelaksanaan kebijakan-kebijakan terkait upaya konservasi (tanah dan air) yang harus dipenuhi AQUA, tampaknya tidak berjalan. Sikap DPRD Sukabumi tampaknya cukup keras mengkritik pelaksanaan tanggung jawab sosial AQUA terhadap masyarakat lokal dan konservasi lingkungan. Akan tetapi, karena posisi DPRD yang bukan eksekutor kebijakan, suara DPRD tampaknya tidak cukup efektif mendorong perubahan di tingkat lapangan (masyarakat). Pihak eksekutif (Pemkab Sukabumi, pemerintah kecamatan, pemerintah desa) sendiri, kurang bisa berperan dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dan program yang efektif dalam mengakomodir kepentingan/kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Di pihak lain, peran LSM-LSM setempat, dinilai belum begitu efektif dalam mendorong perubahan-perubahan (sosial, ekonomi, politik) yang signifikan di tingkat basis (masyarakat). Bahkan, di tingkat tertentu, peran LSM-LSM tersebut masih sarat dengan kepentingan pragmatis seperti untuk mendapatkan keuntungan (dana, materi, dll.) bagi organisasinya semata dan prestise/pengakuan di mata pihak lain. Adapun masyarakat setempat cenderung hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai kepentingan/tujuan LSM tersebut. Berbagai kontribusi dari pihak AQUA cenderung hanya digunakan sebagai strategi untuk membangun citra positif perusahaan di mata masyarakat dan untuk meredam ekskalasi konflik antara AQUA dan warga setempat. Kontribusi tersebut secara umum belum mampu menjawab kebutuhan/persoalan riil di tingkat masyarakat seperti kekurangan air, pengangguran/penyediaan lapangan kerja, peningkatan ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, kontribusi AQUA terhadap konservasi lingkungan setempat tampaknya tidak cukup signifikan untuk mengimbangi degradasi lingkungan yang terus terjadi sebagai akibat dari eksploitasi air yang dilakukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ridho, Akhmad Annas Akbar. “Planning, Organizing, Actuating, Controlling”. 14 November 2015. http://yobeaggerkosongsatoe.blogspot.co.id/2010/04/planning-organizing-actuating.html
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/introductiontounilever/
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/ourmission/
Unilever. 14 November 2015. Unilever. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/purposeandprinciples/
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/ourhistory/
Nurwandari, Intan. 14 November 2015. http://inuwandari.blogspot.co.id/2013/12/sistem-informasi-manajemen-ptunilever.html
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/tatakelolausaha/
Unilever. 14 November 2015 http://www.unilever.co.id/id/Images/UNVR%20Q1%202015_tcm108-424932.pdf
Wanto, Tri. 14 November 2015. https://wantosvofckhe.wordpress.com/implementasi-rencana-starategi-pt-unilever-indonesia/
Mangoting, Daniel., & Surono,Indro. (2006). Pemantauan dampak eksploitasi AMDK “AQUA” terhadap lingkungan dan penduduk sekitar pabrik (kasus pt tirta investama di kabupaten sukabumi). Studi Awal. http://www.kruha.org/oneMODUL/oneDocument/1300273897.pdf